ISLAM MEMBAWA UMATNYA MENUJU KEKAYAAN


Kaya menurut KBBI adalah memiliki banyak harta. Definisi itu benar bahwa yang membedakan antara orang kaya dan orang miskin adalah dari segi kepemilikan harta bendanya. Namun Nabi Muhammad menambah definisi kaya. bahwa kaya berasal dari kondisi hati, sehingga bila seseorang di pagi harinya dalam keadaan sehat, aman, dan memiliki makanan yang cukup untuk satu hari itu. Maka dia termasuk orang kaya.

A. Mengapa umat islam harus kaya?

Karena bila tidak kaya, akan sulit bagi umatnya untuk melaksanakan ibadah. Jangankan untuk melaksanakan haji, dan berinfaq jariyah. Bahkan kita akan sulit mendirikan shalat lengkap dengan sunnah-sunnahnya bila kita tidak kaya. Karena sunnah dalam mendirikan shalat adalah memakai pakaian terbaik, wangi, dan tempat yang dipakai juga harus suci, bersih, , wangi serta membuat kita fokus, nyaman. 

Dalam Surah Al-Ma’un, Allah menyatakan bahwa seorang muslim dinyatakan mendustakan agama bila ia tidak mempedulikan anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin. Jadi bukti seorang muslim itu setia kepada islam bukan hanya hubungannya yang baik dengan Tuhan, tapi hubungan baiknya dengan sesama manusia dimana dia harus bermanfaat bagi orang banyak.

Tentunya untuk menolong anak yatim dan memberi makan orang miskin, kita harus punya harta ya, kan? Jadi agar kita dianggap jujur beragama islam, kita harus punya harta yang banyak.

B. Apa bukti kalau umat Islam itu diwajibkan kaya?

1. Nabi Muhammad merupakan Rasul Ulul Azmi yang Paling kaya

Semenjak berprofesi sebagai pedagang, Nabi Muhammad menjadi orang yang sangat kaya dan terpandang di Kota Mekkah. Yang kita tahu, Nabi selalu hidup sangat sederhana, bahkan berkekurangan. Itu tidak salah, namun kehidupan Nabi yang serba kekurangan diawali dengan pemboikotan kaum muslimin yang saat itu belum hijrah. Setelah hijrah, Nabi Muhammad sering sekali mendapat akses kekayaan yang besar. Terutama setelah mendapat kemenangan dalam perang, dan saat dikirimnya upeti dari luar Madinah. Namun seluruh kekayaannya langsung disalurkan kepada para sahabatnya, para janda dan yatim yang fakir miskin. Sedangkan Nabi tetap bertahan dengan kehidupannya yang sangat sederhana. 

2. 9 dari 10 Sahabat yang masuk Surga adalah orang kaya

Dalam Hadits riwayat At-Tirmidzi, diantara 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga, hanya Ali bin Abi Thalib saja yang semasa hidupnya dalam kondisi miskin. Adapun 9 sahabat lainnya yang memiliki kekayaan luar biasa adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, Sa’id bin Zaid, Abu Ubaidah bin Jarrah.

Jadi kalian mau masuk surga lewat jalur 9 sahabat itu, atau jalur Ali bin Abi Thalib yang tidak kaya, tetapi memiliki ilmu yang luar biasa dalam, nih?

Nah, kalian pasti mulai berargumen, yang bikin masuk surga itu kan bukan kekayaannya, tapi amal yang telah dilakukannya selama hidup. Sehingga tidak peduli orang itu kaya atau miskin, tetap amal perbuatan dan ibadah lah yang menentukan seseorang masuk surga atau tidak.

Ya, itu benar. Tapi orang kaya memiliki berbagai kemudahan dalam menjalankan ibadahnya, seorang muslim tidak akan bisa pergi haji, berkurban, berzakat, memberi nafkah dan berinfaq jariyah bila ia tidak memiliki banyak harta.

Bahkan tanpa harta yang cukup, kita mungkin tidak mampu mendirikan shalat dengan berbagai sunnahnya seperti berwudhu dengan air suci dan menyucikan, memakai pakaian terbaik, memakai parfum yang wangi, serta mendirikan shalat ditempat yang wangi, nyaman dan bersih dari najis.

3. Ayat Al-Qur’an yang paling panjang membahas masalah ekonomi

Ayat paling panjang di Al-Qur’an tidak membahas mengenai keesaan Tuhan, kabar surga, maupun ancaman neraka. Ayat paling panjang itu berada di Surah Al-Baqarah ayat 282 dan membahas mengenai muamalah, lebih tepatnya tentang ekonomi bab hutang-piutang. Dimana dalam ayat itu berisi kewajiban kita untuk memiliki notaris, dan saksi ketika hendak meminjam atau memberi hutang.

4. 3 dari 4 imam mazhab merupakan orang yang sangat kaya

Diantara imam 4 mazhab, hanya Imam Ahmad bin Hanbal yang tidak kaya. Itupun karena beliau ‘ngotot’ memilih hidup sederhana. Imam Abu Hanifah sangat kaya, beliau adalah pemilik pabrik produsen serta distributor kain katun dan sutra. Bahkan biaya pembuatan pondasi tembok pembatas Bagdad itu berasal dari harta beliau. Begitu pula dengan Imam Malik dan Syafi’i. Mereka tidak akan terkenal bila tidak memiliki ilmu dan harta yang melimpah.

Imam Malik selalu memakai pakaian terbaik, sorban terbaik, bahkan kendaraan yang beliau pakai selalu berbeda. Bukan berarti beliau sombong, atau mendapatkan harta dari jalan yang haram. Imam Malik berpendapat bahwa kaya merupakan anugerah dari Allah, maka sepantasnya anugerah itu ditampakkan. Lalu, kehormatan bagi orang alim adalah dengan memakai pakaian yang baik, dan wewangian. Namun tetap bertindak yang sepantasnya Karena orang alim harus meninggalkan citra yang baik dihadapan umat. Bukan sebaliknya.

Sedangkan imam Syafi’i yang saat itu berstatus sebagai murid, pemikirannya masih sama seperti muslim zaman now dimana seorang alim ulama sepantasnya hidup sederhana dan tidak terlena dengan harta duniawi. Namun pemikiran imam Syafi’i dinegasikan oleh guru-gurunya, terutama Imam Malik dan Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani (murid dari Imam Abu Hanifah).

Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani berkata kepada Imam Syafi’i, “bila kamu tidak senang kalo seorang alim ulama memiliki banyak harta, saya akan kasihkan harta saya kepada orang-orang fasik ya. Biarkan saja mereka berjudi, menyewa pelacur, dan mabuk-mabukan dengan harta yang mereka dapatkan” Sontak Imam Syafi’i tersadar bahwa memang sepantasnya orang-orang yang tinggi ilmu agamanya menguasai banyak harta kekayaan agar dapat digunakan untuk kebaikan. 

Saat berstatus sebagai ulama dan memiliki banyak santri. Imam Syafi’i mengamalkan cara hidup kedua gurunya itu. Seperti dalam kisah seorang muridnya yang bernama Imam Rabi’. Beliau pernah ditanya oleh Imam Syafi’i “Istrimu, kamu beri mahar berapa?” Maka saya jawab: “Saya beri mahar 30 dinar, tetapi saya cicil 6 dinar dulu,” maka beliau langsung memberiku 24 dinar untuk menggenapinya.

Dalam kisahnya yang lain. Pernah suatu ketika cambuk milik Imam Syafi’i terjatuh dari kendaraannya. Lalu cambuk itu diambil, dibersihkan dan diberikan kembali oleh seorang bocil (bahasa arabnya adalah ghulam) kepada Imam Syafi’i. Maka sebagai ucapan terima kasih, Imam Syafi’i memberikan 7 keping dinar kepada bocil itu. (Siyar A’lam an-Nubala’, adz-Dzahabi, 10/37).

FYI 1 dinar memiliki massa 4 gram emas. Sehingga harta yang Imam Syafi’i keluarkan pada saat memberikannya kepada Imam Rabi’ untuk menggenapi hutang maharnya adalah sebanyak 96 gram emas. Dan total upah yang diberikan kepada bocil itu adalah 28 gram emas. Anggaplah harga emas sekarang adalah 1 juta rupiah pergram, maka pengeluaran Imam Syafi’i dari kisah di atas yang diberikan secara cuma-cuma dan tanpa pikir panjang adalah 124 juta rupiah. Silahkan kalau kalian mau kaget, wkwk

D. Bagaimana cara menjadi kaya menurut Islam

Bila merujuk kebiasaan orang Arab, termasuk Rasulullah dan para sahabat yang kaya (seperti Abu Bakar, Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan). Cara mereka menjadi kaya adalah dengan berdagang. Hal itu karena permintaan akan barang dagangan di wilayah Arab itu sangat tinggi, ingat Arab adalah wilayah gurun yang tandus. Sulit untuk mencari air dan menanam tanaman yang dapat dimakan sehingga bagian orang Arab mengambil peluang untuk menjadi pedagang antar negara.

Intinya kita sebagai muslim diwajibkan untuk memiliki nilai manfaat, saat ini semakin banyak jenis pekerjaan yang sangat dibutuhkan. Bila kita memiliki ilmu di bidang teknologi, baik itu yang bisa diaplikasikan di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, atau ekonomi. Kita bisa untuk menjadi kaya karena ilmu dan keahlian yang kita miliki dibutuhkan oleh banyak orang. Atau dalam istilah sekarang, kompetensi yang kamu kuasai, memiliki target pasarnya. Karena semakin tinggi permintaannya, keahlian kamu semakin berharga tinggi. 

Agar memiliki kompetensi yang akan dimanfaatkan, kita wajib untuk belajar menguasai suatu bidang hingga ahli. Memang benar, para ulama Fiqh menyatakan menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan dan terapannya adalah fardhu kifayah, bila dalam satu kaum sudah ada yang mewakili, maka kewajibannya akan gugur. Namun apa yang saat ini terjadi. 

Kita masih berdosa karena sekarang tidak punya ahli kimia terbaik didunia yang seorang muslim, kita tidak punya ahli ekonomi terbaik yang seorang muslim, kita tidak punya ahli nanoteknologi terbaik yang seorang muslim, ahli mekanika kuantum juga, kita tidak punya ahli fusi nuklir terbaik yang seorang muslim. Kita masih berdosa karena umat muslim tidak menguasai bidang-bidang itu. 

Semoga klaim saya salah. Dan kalaupun klaim saya salah, apakah kita mengenal para ilmuwan muslim itu? Apakah kita mempelajari apa yang telah mereka publikasikan? Apakah para ilmuwan itu dikenal umat muslim “di seluruh tubuh” seperti umat muslim mengenal Habib Umar bin Hafidz, Habib Rizieq Shihab, Prof.Quraish Shihab, dan Ustadz Abdul Somad.

Sebagai penutup, saya akan simpulkan bahwa tingginya kekayaan yang ada pada umat muslim akan berbanding lurus dengan seberapa kuat pengaruh umat islam di akhir zaman ini, dan berbanding lurus pula dengan progress kejayaan islam yang telah diimpikan banyak muslim, baik yang masih hidup atau telah syahid. 

Oleh karenanya, teruslah belajar wahai teman-temanku, teruslah membaca, teruslah untuk berusaha menguasai suatu keahlian. Dan tetaplah yakin bahwa Allah akan menghendaki kebaikan pada kita, serta Allah akan mendengar dan mengabulkan doa-doa terbaik yang kita lantunkan. 

Wallahu A’lam Bishawab


Referensi

Mengapa Imam Malik hidup dalam kemewahan. Link : https://umma.id/post/mengapaimam-malik-hidup-dalam-kemewahan-293216?lang=id

Imam Syafi’i juga pernah sinis. Link : https://alif.id/read/rizal-mubit/imam-syafii-jugapernah-sinis-b204185p/

Meneladani Kedermawanan Imam Syafi’i. Link : https://muslimah.or.id/10370-meneladani-kedermawanan-imam-asy-syafii.http

Cara Islam melawan Kemiskinan. Link :https://www.republika.co.id/berita/r8otgx313/cara-islam-melawan-kemiskinan

Tafsir dan Kandungan Surat Al-Baqarah ayat 282. Link : https://kumparan.com/beritahari-ini/tafsir-dan-kandungan-surat-al-baqarah-ayat-282-tentang-utang-piutang-1wWniCTN9Yx/full

Tafsir Surah Al-Ma’un. Link : https://tafsiralquran.id/tafsir-surah-al-maun-ayat-1-7/

Penulis

Pemenang Lomba Tasymil L-SIP XV

Juara Pertama 

Muhammad Nafial Hadi 

No comments:

Post a Comment